Beliau lahir di lingkungan pesantren tepatnya tanggal 27 Agustus 1978. Beliau adalah putra seorang ulama besar di Blitar, Almarhum KH. Zubaidi Abdul Ghofur. Sejak kecil, Gus Shonhaji dibimbing langsung oleh abah dan ibunya. Selepas menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar, putra ke 6 dari tujuh bersaudara ini langsung menuntut ilmu di Pesantren Lirboyo, Kediri dan Beliau Lulus pada tahun 1999. Di pesantren yang telah melahirkan ribuan kyai besar ini, Gus Shonhaji langsung masuk Madrasah Diniyah di kelas IV Ibtidaiyah. Beliau menyelesaikan pendidikan diniyahnya sampai kelas III Aliyah. Setamat dari madrasah diniyah beliau berkhidmah, mengajar di alamamaternya itu sampai kemudia beliau diambil mantu oleh KH. Habibullah Zaini, Kepala Madrasah Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang merupakan cucu dari Mbah Kyai Abdul Karim, salah seorang pendiri Pesantren Lirboyo.
Gus Shonhaji dinikahkan dengan putri Kyai Habibullah, Ning Hj. Lia Hikmah Al-Maula. Dari pernikahannya yang berlangsung pada tahun 2002 ini beliau sudah dikaruniai 4 Putra, 1. Neng Senly Anjely Robb. 2. Neng Halwa Mayla Sabna Robb. 3. Agus Muhammad Zubaidi Shonhaji Nawal Karim 4. Neng Hasna Ziyanaddini Robb.
Sampai detik ini, Gus Shonhaji tetap istiqomah mengembang amanat kyai-kyainya di Lirboyo dengan mengajar di pesantren Lirboyo seminggu dua kali, setiap malam Selasa dan malam Kamis. Beliau memegang erat nasehat para kyainya, bahwa di manapun, kapanpun serta apapun kesibukannya, tetap harus mengajar, meski hanya mengajar alif ba ta. Gus Shonhaji juga diamanati menjadi wakil ketua di Forum Musyawarah Bahtsul Masaail Jawa Madura (FMPP) yang diprakarsai para alumni Lirboyo. Beliau mengaku kurang bisa aktif karena kesibukannya mengurusi jam’iyyah sholawat serta mengajar di pesantren.
Begitu besarnya rasa tanggung jawab dan pengabdian beliau kepada kyai dan almamaternya, beliau tidak mau absen mengajar kecuali benar-benar darurat. Menurut keterangan salah seorang santrinya, pernah saat pulang dari menghadiri majelis dzikir di Hongkong, sesampainya di bandara Juanda, beliau langsung minta diantar ke Lirboyo untuk mengajar, karena malam itu jadwal beliau menyampaikan ilmu kepada para santri. Beliau tidak ingin mengecewakan orang-orang yang telah memberikan kepercayaan kepadanya, subhanallah.
Selain mengajar di Lirboyo, Gus Shonhaji juga diamanahi untuk memimpin madrasah diniyyah di Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan Udanawu Blitar.
Sebagai seorang ulama yang tergolong masih muda, tugas dan tanggung jawab Gus Shonhaji dalam memimpin majelis dzikirnya, Majlis Ta'lim Dan Dzikir Jamiyyah Shalawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits tentu sangat besar. Awalnya, tidak terlintas dalam pikiran beliau majelis yang didirikannya lima tahun lalu ini akan sebesar ini. Majelis yang diemban, bermula hanya untuk teman-teman dekat Beliau. Dan sebenarnya, sudah lama aurod atau wirid ini diistiqomahkan setiap malam Selasa di Pondok Pesantren Mambaul Hikam sejak zaman Abahnya Beliau (Kyai Zubaidi Abdul Ghofur).
Awalnya aurod nariyah ini diamalaken Abah bersama santri-santri setiap malam Selasa. Setelah Abah wafat, amalan ini saya buka untuk masyarakat umum. Ternyata, alhamdulillah, responnya sangat bagus, kenang Gus Shonhaji
Kini, sudah lima tahun lebih perjalanan jam’iyyah sholawat yang didirikannya. Jamaahnya semakin membludak dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti Blitar , Tulungagung, Kediri, Jombang, Nganjuk, dan banyak dari daerah lainnya yang istiqomah mengikuti majelis mulia ini.Bahkan, kini kegiatan jam’iyyahnya sampai di luar negeri seperti di Hongkong dan Macau.
Ketika ditanya, apa rahasianya, sehingga jam’iyyah sholawat yang dibinanya diikuti begitu banyak jamaah, beliau memilih merendah. “Saya merasa saya tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Kita hanya mengajak masyarakat membaca dzikir dan sholawat bersama-sama,” demikian pengakuan Gus Shonhaji merendah.
Namun, Gus Shonhaji akhirnya mau berbagi hikmah. Menurut beliau, mungkin saja, kegiatannya di jam’iyyah sholawat ini berjalan baik barokah dari do’a restu sang ibu. Memang, setiap akan menghadiri kegiatan majelis dzikirnya, Gus Shonhaji selalu matur dan mohon doa restu kepada sang ibu, baik kegiatannya di tempat jauh maupun dekat. Bahkan, kalau sang ibu tidak mengizinkan, beliau tidak akan berangkat.
Berbicara seputar rahasia Gus Shonhaji, salah seorang murid beliau yang tidak ingin disebut namanya menuturkan beberapa keistimewaan kyai yang baru berumur 35 tahun ini. Diantaranya, Gus Shonhaji tidak pernah mau menerima bisyaroh meski beliau memipin majelis dzikir di tempat yang jauh. Beliau mengikhlaskan dirinya untuk berkhidmah melalui jam’iyyah sholawat. Di samping itu, untuk mengajari ke ikhlasan kepada para jamaah, Gus Shonhaji tidak mau ada kotak amal atau serban keliling yang mengambil sedekah dari para jamaah. Khawatir, kalau para jamaah memberikan sedekahnya gara-gara orang di sebelahnya bersedekah. Untuk itu, beliau hanya mengizinkan ada kotak amal yang diletakkan di tempat tertentu saja. Sehingga jamaah mau memasukkan uang atau tidak ada perasaan sungkan.
Gus Shonhaji juga berusaha untuk dekat dengan para jamaah, meskipun mereka orang biasa. Demi menyenangkan jamaah, Gus shonhaji minta agar panitia menyediakan area parkir yang tidak terlalu jauh dari tempat dzikir. Kasihan jamaah nanti kecapek'an, demikian alasan beliau.
Rutinan di Malam Rabu
Majlis Tak'lim dan Dzikir Jamiyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits adalah suatu organisai yang menjadikan Sholawat Nariyyah sebagai salah satu amalannya, berlandaskan ajaran Ahlussunnah waljama’ah serta ajaran ulama salafussholih. Jam’iyah ini berpusat di Dusun Mantenan Kec. Udanawu Kab. Blitar.
Jamiyyah ini berdiri kurang lebih 5 tahun yang lalu dan diprakarsai oleh KH. Muhammad Shonhaji Nawal Karim Zubadi beliau Adalah cucu dari KH. Abdul Ghofur Pendiri Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Mantenan Udanawu Blitar. Jam’iyah yang masih berumur belia ini ternyata begitu pesat perkembanganya, hal ini tidak lepas dari figur seorang pemimpin yang kharismatik dan keturunan dari ulama besar. Tentu saja, ini merupakan salah satu buah keikhlasan beliau dalam berkhidmah, baik kepada Allah, Rasulullah, para kyai maupun para jamaah.
Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al Mughits dilaksanakan dengan berbagai macam rutinan, baik itu rutin induk, rutin pusat sughro, rutin pusat kubro, rutin cabang dan rutin iqroran (buka cabang) setiap malam rabu seperti yang tertera pada AD/ART.
Setiap rutinan buka cabang (malam rabu) sementara ini dihadiri kurang lebih 50 – 70 ribu jamaah bahkan lebih.
Adapun rangkaian kegiatan majelis taklim dan dzikir Jam’iyyah Sholawat Nariyyah Mustaghitsu Al-Mughits yaitu pembacaan surat Yasin dan pembacaan sholawat Nariyah dan pengajian (ta'lim) yang disampaikan Gus Shonhaji. Di samping itu, selama acara berlangsung disediakan fasilitas pengobatan gratis bagi para jamaah. Pengobatan gratis ini ditangani tim khusus berjumlah 30 orang.
kangen mantenanku,aku masih ingat ketika gus shon ulang alik mantenan lirboyo dg motornya...waktu itu motornya ninja,,
ReplyDeleteKyai muda yang multi talenta. Mudah-mudahan, Allah swt. senantiasa memberikan kesehatan dan umur yang panjang agar beliau menjadi mata air di tengah zaman yang semakin gersang.
ReplyDeletewww.talimulquranalasror.blogspot.com
www.pesantrenkaliwungu.blogspot.com
kangen sekali sudah lama tidak ikut kegiatan JSN,,,
ReplyDeleteMas taufik minta texs suluk qomarun JSN .
ReplyDelete